Yang Pontang-Panting Saat Krisis Air

Foto (Ist) Truk Damkar antri mengisi air di IPA Tanjung Lima, Rabu (10/2)

PUNCAK krisis air bersih pasca PDAM Apa Mening “off”  karena serangan limbah tambang batu bara KPUC terjadi pada hari Rabu. Pada hari itu, stok air bersih rumah tangga dan fasilitas umum habis. Bahkan sejak Selasa siang setelah PDAM stop produksi  warga sudah kelabakan. Warga Kecamatan Malinau Barat dan Malinau Kota.

Yang kalang kabut pada saat krisis adalah PDAM dan Damkar. Sejak air mati PDAM dan Damkar harus bahu membahu melayani permintaan air bersih. Dapat dibayangkan mereka harus melayani sekian banyak permintaan warga. Tentu saja tidak melayani semua pelanggan yang ada di 2 kecamatan tersebut yang jumlahnya, menurut Direktur PDAM Saiful Bachri, sekitar 65 persen dari 11.000-an total pelanggan.

Damkar, mengerahahkan 3 unit mobil air sejak krisis dimulai. Ketiga mobil pontang-panting menyuplai air bersih ke fasilitas-fasilitas umum.

“Inisiatif Damkar  mendistribusikan air bersih ke fasum-fasum, pelabuhan speed, masjid-masjid serta tempat pasien covid-19 yaitu Gedung Diklat dan SMPN 1,” terang Kepala Satpol PP dan Damkar, H. Kamran Daik, Kamis (11/2).

Air bersih diambil dari IPA Tanjung Lima, Malinau Utara. Selama krisis air, PDAM membebaskan alias menggratiskan pengambilan air untuk disuplai ke masyarakat.

Bantuan kendaran penyuplai air diberikan pula oleh PT BDMS-MA. Mobil tanki perusahaan ini pun tampak hilir mudik menyuplai air. Kemudian mobil dari Pamtas dan Kepolisian juga tampil melayani. Termasuk dari pihak pemilik sebab, yaitu KPUC.  Sebanyak 1 unit (mobik tanki) pada hari puncak krisis. Lalu 1 unit ditambahkan pada hari berikutnya.

“Kalau ada masyarakat yang punya mobil tanki silahkan. Siapa pun. BBM kami siapkan,” kata Irwansyah, Perwakilan Manajemen KPUC Kantor Batulidung, Malinau,  pada hari Kamis setelah PDAM menghidupkan IPA Kualalapang dan suplai air  mulai berjalan meski belum maksimal.

Hmm…