MALINAU, TerasKaltara.id – Sekelompok Pria paruh baya tengah dikerumuni lebah tanpa sengat, Heterotrigona itama atau yang akrab dikenal dengan Lebah kelulut. Mereka sedang memanen 3 stup madu yang menghasilkan 700 ml madu. Madu ini dikemas dalam 11 cup berukuran 60ml.
Kelompok ini merupakan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS Madu) Long Jalan yang menyiapkan madu untuk ibu hamil dan balita. Hal ini dikarenakan Lebah kelulut menghasilkan madu yang dikenal memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan madu dari lebah bersengat (misalnya, madu dari lebah Apis).
Madu kelulut juga sering lebih cair dan memiliki rasa yang lebih tajam serta sedikit asam dibandingkan madu biasa.
Irang Ungket, Ketua KUPS Madu Long Jalan mengatakan terdapat 2 anak balita yang terindikasi stunting di Desa Long Jalan, Kecamatan Malinau Selatan Hulu, Kabupaten Malinau.
“Madu kelulut yang kami hasilkan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memenuhi kebutuhan gizi, khususnya bagi ibu hamil dan balita. Dengan kandungan antioksidan, vitamin, serta mineralnya, kami berharap madu ini dapat berkontribusi dalam pencegahan stunting di desa kami,” ujarnya.
Senada dengan desa Long Jalan, Desa Long Nyau, Kecamatan Sungai Tubu juga memanen hasil madu kelulut guna pemenuhan gizi ibu hamil dan balita. Desa Long Nyau terletak di pedalaman yang hanya bisa dijangkau setelah menempuh perjalanan selama 8 jam dari ibukota Kabupaten Malinau, melewati jalan tanah yang berliku dan berlumpur, serta harus menyebrangi sungai.
Ketika musim hujan tiba dan akses jalan tertutup, penduduk bahkan harus berjalan kaki selama 8 jam dari Desa Long Pada. Kondisi ini menjadi salah satu alasan utama mengapa Pemerintah Desa Long Nyau berinisiatif memanfaatkan madu kelulut yang melimpah di alam sekitar sebagai sumber pemenuhan gizi, untuk memastikan kebutuhan nutrisi masyarakat tetap terpenuhi meskipun akses terbatas.
Pada panen kali ini dilakukan pemanenan 3 stup dan menghasilkan 800 ml madu. Untuk stup lainnya akan dilakukan panen secara berkala untuk menjaga stok ketersediaan madu di desa. Produk madu tersebut dikemas didistribusikan secara langsung kepada delapan balita serta perempuan hamil di desa Long Nyau, sebagai bagian dari upaya peningkatan gizi di komunitas tersebut.
“Madu kelulut ini adalah produk lokal, yang dihasilkan oleh KUPS Madu Kelulut Long Nyau. Saya merasa bangga karena masyarakat mampu memproduksi madu secara mandiri dan menjadikannya sumber gizi bagi anak-anak dan perempuan hamil,” ujar Camat Sungai Tubu, Jimmy Sakay yang turut hadir dalam acara panen perdana tersebut. Beliau juga secara langsung menyerahkan madu kepada anak-anak yang hadir dalam acara tersebut.
Camat berharap dengan mengkonsumsi madu secara rutin, mampu untuk mendukung program pemerintah melakukan pencegahan stunting pada anak.
“Madu, termasuk madu kelulut, dapat berperan dalam pencegahan stunting karena kandungan nutrisinya yang kaya dan manfaat kesehatannya bagi pertumbuhan anak,” kata Camat.
Budidaya madu kelulut di Long Nyau didorong oleh kekayaan alam di sekitar desa yang masih sangat terjaga. Hutan lebat yang mengelilingi desa ini menjadi habitat dan sumber pakan bagi lebah kelulut, sehingga madu yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
“Dengan menjaga kelestarian hutan, kita tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga memastikan sumber pangan bagi lebah-lebah kelulut. Ini secara langsung berkaitan dengan peningkatan gizi anak-anak dan perempuan hamil di desa,” ungkap Kepala Desa Long Nyau, Rollan Yakub.
Muhammad Alfindo, Fasilitator dari KKI Warsi yang mendampingi masyarakat dalam program ini, menyatakan bahwa budidaya madu kelulut merupakan solusi tepat dalam memenuhi gizi anak-anak, sekaligus meningkatkan perekonomian desa dan menjaga kelestarian hutan.
“Budidaya madu kelulut ini bukan hanya mendukung pemenuhan gizi bagi balita, tetapi juga memberikan peluang ekonomi bagi warga, serta mendorong upaya perlindungan hutan,” ujarnya.
Selanjutnya, Menurut Dodi, Fasilitator dari KKI Warsi yang mendampingi masyarakat di Desa Long Jalan, selain berfokus pada panen madu kelulut, penting juga untuk mengupayakan perbanyakan stup (sarang) agar populasi lebah dapat terus berkembang dan hasil panen madu semakin meningkat.
“Kami tidak hanya mendorong warga untuk memanen madu, tetapi juga memfasilitasi perbanyakan stup sebagai langkah untuk memperkuat keberlanjutan budidaya ini. Dengan menambah jumlah stup, masyarakat dapat meningkatkan produksi madu tanpa harus bergantung sepenuhnya pada alam,” jelas Dodi.
Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan di desa secara berkelanjutan.
Pengelolaan madu kelulut ini merupakan tindak lanjut dari Bantuan Alat Ekonomi Produktif (BAEP) dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Malinau berupa 20 Stup Madu Kelulut di Desa Long Nyau dan Desa Long Jalan. (*)