BWS Kalimantan V Segera Usulkan Penanganan Turap Amblas ke Pusat

BWS Kalimantan V meninjau lokasi amblasnya turap dibawah Jembatan Sungai Sesayap, Kamis (5/10/2023).

Penanganan sementara gunakan konstruksi bronjong

 

MALINAU, Cokoliat.com – Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan V meninjau lokasi amblasnya tanah dibawah Jembatan Sungai Sesayap, Kamis (5/10/2023). Dari hasil tinjauan ini rencananya akan dilakukan penanganan darurat, sambil menunggu usulan dari pusat untuk perbaikan permanen.

Kepala BWS Kalimantan V, Suryadarma Hasyim mengatakan terkait upaya penanganan, bersifat darurat menggunakan konstruksi bronjong dengan konstruksi pengisian batu-batu, sebagai dinding penahan tanah yang sifatnya semi permanen.

“Sambil kami mengusulkan anggaran ke pusat untuk penanganan permanen. Kemungkinan usulan ini baru akan terealisasi di Tahun 2024 atau 2025 mendatang,” tuturnya.

Ia memastikan dinding penahan tanah yang dibangun akan bertahan selama 6 bulan hingga setahun. Pihaknya menahan agar longsoran tanah tidak semakin melebar, ditambah lagi sudah ada tanda-tanda bidang tanah yang merekah.

“Khawatirnya akan ada longsoran lanjutan, kalau terjadi hujan. Tapi, selama kita menjaga tanah ini tidak tergerus, beban dari abutment kan tidak ada penahan. Setahu saya abutment itu ada tiang pancang juga seperti dibawah jembatan ini, jadi aman meski kondisi air surut dan pasti dalam, akan lebih stabil lagi kalau tanahnya stabil jadi ikut menahan,” katanya.

Tujuan dari dibangunnya turap penahan tebing Sungai Sesayap Tahun 2010 ini sebenarnya untuk mengantisipasi rentannya tanah akibat adanya jembatan maupun pemukiman disekitarnya.

“Sebenarnya secara general, turapnya dibangun dengan Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP), dipancang kedalam tanah. Namun, tidak bisa dilakukan disini karena sudah ada badan jembatan,” tuturnya.

Ia jelaskan, pembangunan turap ini ketika masih dibawah BWS Kalimantan III Samarinda. Sementara, jika dipancang menggunakan CCSP harus dibantu alat atau mesin yang tidak bisa digunakan karena ada badan jembatan. Akhirnya khusus dibawah jembatan menggunakan dinding penahan tanah atau dinding gravitasi (gravity walls).

Usia turap penahan tebing yang sudah mencapai 13 tahun, secara konstruksi sebenarnya bangunan bagus dan aman.

“Permasalahan ini kalau kami tinjau, karena akhir-akhir ini hujan deras dan banjir di Malinau. sehingga berpengaruh pada tekanan air tanah. Jadi dinding yang menahan beban akibat ada abutment jembatan, akibat dari tekanan tanah itu sendiri dan juga perubahan muka air tanah,” jelasnya.

Hanya saja, seharusnya akan diimbangi dengan kondisi air yang ada di sungai. Beban dari arah darat menekan dinding penahan tanah, jadi ditekan air yang ada di sungai.

Namun, saat kejadian air pada kondisi surut. Sehingga, air tanah di daerah daratan cukup tinggi dan menggulingkan struktur dari dinding penahan tanah.

“Itu masih analisa awal kami. Waktu kejadian kan jam 10 malam, saat itu kondisi air surut dan tidak ada air yang menahan sehingga tekanan tanah tidak bisa diimbangi oleh tekanan air yang ada disungai,” imbuhnya. (ck10)