Hilta, Bayi Perempuan yang Lahir dalam Perjalanan di Tengah Hutan Kalimantan

Nur saat berbaring di bak belakang kendaraan, berjuang untuk bisa melahirkan bayinya dengan selamat. (Foto : KKI Warsi)

 

PERJUANGAN bayi Hilta untuk bisa melihat wajah orangtuanya, Nur dan Mura cukup panjang dan mendebarkan. Tinggal di daerah pedalaman Kalimantan Utara, membuat Nur yang seharusnya sudah siap melahirkan, terpaksa harus di evakuasi melewati sungai dan hutan Kalimantan untuk bisa melahirkan bayinya dengan selamat.

Ini perjalanan bayi Hilta lahir ke dunia, dikutip dari akun Facebook KKI Warsi.

 

Nur (18) , warga Long Ranau Kecamatan Sungai Tubu Kabupaten Malinau Kalimantan Utara sudah merasakan sakit hendak melahirkan sejak 5 September 2023. Tengah hamil anak pertama, Nur bersama keluarganya berencana mempersiapkan proses persalinan di kampungnya, dibantu para perempuan di desa tersebut. Sebagaimana biasanya perempuan mau melahirkan di desanya.

Namun, rencana Nur sudah diatur Tuhan berbeda. Bayi perempuan mungil itu lahir pada 7 September 2023. Pada subuh hari, diantara dinginnya pagi, ketika langit baru saja memerah di tengah hutan Kalimantan. Iya, bayi Nur lahir dalam perjalanan dari Long Pada menuju Malinau Kota.

Menjelang kelahiran anak pertamanya, Kakek Nur, Agus sebenarnya sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kelahiran cucunya di desa. Sayangnya, sakit melahirkan yang di rasakan Nur tak kunjung membuat bayinya keluar hingga memasuki hari kedua.

Akhirnya pada Rabu (6/8/2023) sore keluarga bersepakat membawa Nur ke Puskesmas Long Pada, menggunakan ketinting menyusur sungai Tubu. Ketinting ini memang satu-satunya transportasi, dari desa di Hutan Kalimantan menuju Puskesmas Long Pada yang merupakan ibukota Kecamatan Sungai Tubu.

Selama dua jam lebih perjalanan, Nur sampai di Puskesmas pada jam 7 malam. Bidan Selma yang bertugas di Puskesmas siaga melakukan pemeriksaan dan persiapan kelahiran. Namun, sampai dini hari bayi yang ditunggu tidak kunjung lahir.

Melihat kondisi si Ibu, Bidan Selma dan perawatnya, Minus memberi tahu keluarga untuk mengevakuasi Nur ke Rumah Sakit di Malinau Kota. Tanpa pertimbangan panjang tentang biaya operasi yang mungkin saja sangat mahal, seluruh keluarga langsung bergegas mencari tumpangan. Prioritas pertama, Ibu bisa melahirkan selamat dan anak yang dilahirkan sehat, meski Nur harus menjalani operasi dengan biaya yang besar.

Jalan tanah nan licin plus longsor di satu titik di daerah Sungai Nyali akan menghadang perjalanan itu, sejauh lebih 100 km yang dalam waktu normal akan ditempuh selama 6 jam. Keluarga meminta mobil lain menjemput dari Malinau Kota. Mereka harusnya bertemu di titik longsor dan mentranfer penumpang.

Di pagi buta jam 4 subuh, 7 September itu rombongan meluncur meninggalkan Puskesmas. Bidan Selma dan Perawat Minus menyertai perjalanan. Nur berbaring diantara rapalan doa-doa di bak belakang mobil Hilux Toyota, beralaskan papan dan tikar di kendaraan 4×4 yang menjadi transportasi andalan ke daerah pedalaman ini.

Perjalanan Nur pun tidak mulus, ia harus bertahan ditengah hempasan jalan tanah yang bergelombang dan membuat Nur meringis.

Sekitar satu jam perjalanan, perut Nur mules luar biasa. Tetiba Nur tidak kuat, kepala bayinya terlihat. Bidan Selma menyusuh sopir segera berhenti. Pasalnya jalan sedang dipenurunan. Sopir mencari tempat yang agak datar untuk berhenti pas menjelang Sungai  Nanga.

Bayi itu lahir tepat saat mobil berhenti. Bidan Selma dengan sigap menyambutnya dan memberi perlakuan pada bayi baru lahir di bak mobil itu. Bidan Selma membersihkan bayi dan membungkusnya dengan kain bersih.

 

Nur dan bayinya, Hilta di Puskesmas Long Pada. (ist)

 

Akhirnya, Kamis (7/8) pagi menjelang jam 6 yang masih temaram, bayi perempuan yang diberi nama Hilta, singkatan dari hilux toyota, lahir.

Tidak hanya Bidan Selma yang lega bisa memberikan pelayanan kelahiran yang luar biasa ini, Agus, Kakek Hilta pun tersenyum bahagia.

Perjalanan panjang ke Malinau batal. Operasi dengan segala kemungkinan yang membuat Agus tidak mampu senyum sejak kemarin sore, kini berganti. Agus tersenyum lega, bayangan biaya tinggi dan lainnya segera sirna.

Satu jam setelah kelahiran mobil putar arah. Hilta digendong neneknya duduk di depan disamping sopir.  Nur masih tetap dibaringkan di bak belakang mobil, karena kondisinya tidak memungkinkan untuk duduk di kursi depan.

Rombongan kembali ke Puskesmas Long Pada untuk melakukan lanjutan kepada perawatan Nur dan Bayi Hilta. Siangnya Nur sudah diizinkan pulang.

Nur, bayi Hilta dan keluarganya menuju Rumah singgah Long Ranau yang dibangun Pemerintah Desa Ranau di Long Pada. Rumah transit untuk semua urusan.

Selamat untuk Nur dan suami Mura. Hilta tumbuhlah sehat dan ceria. Hutan Kalimantan nan kokoh tegar telah menyambut kehadiranmu. Berdirilah kokoh sebagaimana pohon-pohon di hutan ini memberi kehidupan.

 

Sahida – Cokoliat.com