MALINAU, cokoliat.com—Pembagian seragam batik secara menyeluruh untuk siswa PAUD/TK, SD dan SMP terancam gagal. Sedianya seragam batik dibagikan pada bulan Maret sebagaimana dijanjikan Dinas Pendidikan Kabupaten Malinau. Tapi karena terganjal dana pihak Dinas Pendidikan tak dapat menempati janji tersebut.
Kepala Dinas Kabupaten Malinau Fureng Elisa Mou saat dikonfirmasi mengatakan bahwa pihaknya memang menjadwalkan bahwa pembagian batik secara menyeluruh dilakukan Maret ini. Tapi karena tidak ada dana Dinas Pendidikan harus mengevaluasi lagi rencana tersebut.
“Untuk pendistribusiannya, yang pertama kami sudah melakukan secara simbolis yang di serahkan oleh Pak Bupati pada waktu itu. Kemudian untuk tindaklanjutnya ini sedang kami jadwalkan karena memang kami harapkan di bulan maret ini sudah di distribusi semua. Tapi masih kendala dengan dana karena ada refocusing,” ungkap Fureng Elisa.
Namun demikian, untuk sekolah di wilayah perkotaan pembagian akan dilakukan lebih dulu. Menyusul kemudian pembagian ke sekolah di daerah yang membutuhkan anggaran pengiriman
“Saya sudah menegaskan paling tidak sekolah-sekolah yang di perkotaan Kabupaten Malinau itu kita distribusikan dulu. Kemudian yang di daerah-daerah jauh yang butuh anggaran pengiriman itu menunggu kegiatannya bisa kita danai,” lanjut Fureng Elisa Mou.
Untuk diketahui pengadaan seragam batik sekolah dilakukan Dinas Pendidikan tahun 2020 lalu. Anggaran kegiatan pengadaan batik ini bersumber dari APBD dengan nilai Rp2,923 miliar. Anggaran tersebut dikeluarkan untuk baju batik sebanyak 18.053 buah sesuai jumlah siswa PAUD, SD dan SMP penerima. Kegiatan pengadaan batik dilakukan PT Bumi Kalimantan Semamu dengan anggaran atau nilai akhir hasil negosiasi proses lelang sebesar Rp2, 871 miliar.
Untuk pendistribusian batik ke tangan siswa, Dinas Pendidikan memerlukan anggaran khusus di luar anggaran pengadaan.
“Anggaran pendistribusian saja. Kalau anggaran pengadaan baju batik sudah dilaksanakan pada tahun 2020,” imbuh Fureng Elisa Mou.
Soal besaran anggaran untuk pendistribusian, Fureng Elisa mengaku tidak ingat.
Reporter: Rahmawati/Editor: Waliyunu Heriman