MALINAU, Cokoliat.com – Harga kelapa sawit turun secara drastis tidak hanya di Malinau dan Kaltara, bahkan di seluruh Indonesia.
Di kalimantan Utara saat ini, harga beli sawit di level petani berkisar di angka 500-700 rupiah per kilo.
Keadaan serba sulit bagi pekebun di Malinau saat ini tidak hanya diakibatkan harga sawit terjun bebas ke harga paling rendah. Tidak diserapnya hasil panen pekebun menambah runyam persoalan.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Malinau, Samuel Yusuf menyampaikan terhitung sejak Kamis, 23 Juni 2022 lalu, PT Bukit Borneo Sejahtera (PT BBS) menghentikan semantara pembelian tandan buah segar.
“Harga sawit ini dirasakan seluruh petani di Indonesia. Dampaknya skala nasional. Di Malinau, kesulitan kita harus bawa buah ke Nunukan karena PT BBS tidak lagi membeli buah karena tangki storagenya penuh,” Jelas Samuel, Kamis (30/6).
Satu-satunya jalan bagi petani di Malinau adalah membawa hasil panen ke PKS di Nunukan.
Namun, banyak diantaranya yang urung memanen buah sawit karena cost panen dan biaya pengiriman tidak menutupi biaya produksi.
“kalau di Nunukan itu 700 ribu satu ton, masih ada harapanlah. Cuma petani kita di Malinau harus hitung upah panen sama biaya pengiriman. Kan melebihi cost prosuksinya,” ungkap Samuel.
Di Malinau saat ini, banyak petani depresi karena anjloknya harga sawit. Biaya produksi, upah panen dan perawatan tidak sebanding dengan harga jual sawit. Pupuk, pestisida hingga upah buruh panen semakin tinggi, sementara harga sawit di level PKS kian menurun.
Petani sawit memeinta Pemerintah daerah dan DPRD menyampaikan permaslahan yang dialami petani ke pemerintah pusat agar harga semakin Pulih. (Irp)