SAMARINDA, Cokoliat.com – Potensi diversifikasi usaha tanaman kelapa untuk peningkatan pendapatan petani di Kalimantan Timur, jadi pembahasan utama pada bincang komoditas perkebunan lestari (BINGKA) seri 8. Dilakukan Dinas Perkebunan Kaltim bersama para pengusaha kelapa untuk membangkitkan kembali minat masyarakat mengembangkan tanaman kelapa, sebagai salah satu komoditas unggulan di Kaltim.
Sehingga pada gilirannya, potensi usaha tanaman kelapa dapat merebut peluang pasar di lingkup global dan berkontribusi dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.
Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Ence Achmad Rafiddin Rizal mengatakan, pola usaha kelapa di Kaltim selama ini pada umumnya masih bersifat konvesional. Dengan produk utamanya hanya berupa kopra dan kelapa segar, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan petani belum optimal.
“Kita perlu upayakan bersama agar produk kelapa ditingkatkan menjadi produk turunan yang bernilai tinggi mengikuti kebutuh pasar di tingkat global” ujar Kadis Perkebunan Kaltim saat membuka BINGKA seri 8 di Hotel Merqure, Selasa (22/10/2024) .
Lanjut Rizal sapaan akrabnya, melalui diversifikasi usaha tani berarti menganekaragamkan produk usaha tani secara efisien. Namun, disertai dengan peningkatan mutu sehingga produk lebih kompetitif dan memberikan nilai tambah.
Beberapa contoh diversifikasi produk turunan kelapa yang berpotensi ekonomi untuk dikembangkan di Kaltim diantaranya, sabut kelapa diolah menjadi coco peat dan coco fiber, tempurung diolah menjadi briket arang tempurung kelapa (coconut shell charcoal briquettes). Kemudian, daging buah kelapa dikeringkan menjadi kopra, kelapa parut kering, minyak kelapa, VCO, bio avtuur, Kelapa muda sebagai minuman Kesehatan, nata de coco, vinegar.
Tanaman kelapa meskipun termasuk komoditas perkebunan unggulan yang penting setelah kelapa sawit dan karet, namun perkembangannya dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang menurun.
Berdasarkan data BPS, dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, produksi kelapa menurun secara signifikan yaitu dari 20.382 ton pada tahun 2008 menjadi 7.843 ton pada tahun 2023. (*)