Puluhan titik rawan longsor di Bukit Menangis terpantau
NUNUKAN – Daerah perbatasan sudah seharusnya mendapatkan perhatian serius, baik pembangunan sarana dan prasarana penunjang. Kenyataannya, kondis perbatasan khususnya di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan masih dirasa kurang sebagai warga.
Bagaimana tidak, dengan kondisi infrastruktur di Sebatik terutama akses jalanan yang ada, justru terlihat memprihatinkan. Pasalnya, terdapat akses jalan yang mengalami longsor dan nyaris putus, tepatnya sepanjang jalan Bukit Menangis, yang biasa dilalui warga sekitar.
Tidak hanya itu, ketika tim dari cokoliat.com mencoba menulusuri jalan tersebut, terdapat beberapa titik jalan yang longsor menyisakan kurang dari setengah badan jalan. Selain itu, ada juga puluhan titik rawan longsor lainnya, disepanjang jalan Bukit Menangis.
Meski ada sebagian titik yang mulai terlihat dilakukan pengerjaan, namun hal tersebut dirasa kurang cepat oleh warga sekitar. Belum lagi, beberapa titik yang mengalami longsor cukup parah, hanya ditutup terpal dan diberi pembatas karung berisi tanah
Tidak menutup kemungkinan, jika terjadi hujan dengan intensitas deras, bisa saja longsor kembali terjadi. Jika terus dibiarkan, akses jalan yang kerap digunakan menjadi terputus, sehingga menghambat aktifitas warga sekitar.
Untuk diketahui, Bukit menangis merupakan akses jalan tercepat yang kerap digunakan warga Sebatik, khususnya dari Sungai Nyamuk, Aji Kuning, Lodres dan Sungai Limau untuk menujuh Desa Bambangan, agar bisa menyebrang ke pusat pemerintahan di Nunukan.
Akses jalan ini, juga kerap digunakan para pelaku usaha untuk mengantar barang baik berupa kebutuhan sembako dan mengangkut hasil panen tumbuhan, yang selanjutnya dikirim ke Nunukan melalui dermaga yang ada di Desa Bambangan.
Sebenarnya, sepanjang jalan Bukit Menangis bukan akses jalan satu-satunya untuk menuju pelabuhan yang ada di Desa Bambangan. Walau ada akses jalan lainnya, tapi sebagian warga dari Sungai Nyamuk lebih senang lewat Bukit Menangis, karena dianggap dekat.
Salah satu warga di Pulau Sebatik, Aco menuturkan, akses jalan yang longsor ini sudah terjadi cukup lama, namun untuk proses pengerjaannya belum terlihat selain hanya ditutup menggunakan terpal dan diberi pembatas karung berisi tanah.
“Mungkin sudah sekitar sebulan itu longsor, tapi pengerjaannya belum nampak, kalau dibiarkan terus bisa putus itu jalan,” ujar Aco, saat ditemui oleh tim cokoloat.com.
Diakui Aco, dirinya bukan tidak mau menggunakan akses jalan lainnya untuk mengantar barang ke pelabuhan yang ada di Desa Bambangan. Tapi, jika harus memutar, tentunya akan memakan waktu lama dan bahan bakar kendaraan yang digunakan semakin banyak.
“Kalau lewat jalan memutar itu jauh, apalagi dengan bawa barang milik orang, pasti lama sampainya dan bahan bakar yang digunakan juga banyak,” pungkasnya.
Sementara itu, salah satu pengendara yang melintas disepanjang Jalan Bukit Menangis, Saharuddin menambahkan, dengan kondisi badan jalan yang nyaris putus ini tentunya sangat membahayakan para pengguna jalan.
“Kalau mau dibilang bahya pastinya bahaya mas, itu saja sudah nyaris putus bahkan hanya menyisakan beberapa centi meter badan jalan,” bebernya.
Namun, Saharuddin menjelaskan, sebagian warga terpaksa melewati jalan ini dikarenakan akses jalan yang tercepat menuju Sungai Nyamuk. Meski begitu, warga tetap berhati-hati ketika melintasi jalan di Bukit Menangis.
“Dengan kondisi jalan yang longsor ini, kita hanya bisa meningkatkan kewaspadaan, kan kalau mau lewat jalan memutar jauh lagi,” ungkapnya.
Meski begitu, lanjut Saharuddin, warga tetap berharap baik kepada pemerintah daerah dan pusat, untuk lebih memperhatikan infrastruktur yang ada di wilayah perbatasan, seperti di Pulau Sebatik, yang menjadi beranda terdepan Indonesia.
“Kalau saya bisa paham, mungkin karena anggaran banyak dialihkan untuk penanganan Covid-19, jadinya banyak pembangunan tersendat,” tutupnya. (ck2)