BMKG Tarakan Himbau Masyarakat Waspadai Dampak La Nina

TARAKAN – November, Indonesia akan dilanda fenomena La Nina. Fenomena ini  bisa memicu pertumbuhan awan konvektif yang lebih banyak sehingga mengakibatkan curah hujan meningkat.

Forester BMKG Tarakan, Rayna Farah menuturkan di bulan November hingga Januari 2022  di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagian Sumatra sedang dalam masa peralihan ke musim penghujan. Saat La Nina ada, di daerah tersebut akan hujannya akan lebih intens.

“Curah hujannya lebih tinggi dari di kondisi normal. Sedangkan untuk wilayah Kaltara karena memang tidak memiliki musim sebagian besar, seperti Tarakan, cenderung hujan sepanjang tahun. La Nina di akhir tahun ini hingga Januari tahun depan, di prediksi intensitasnya lemah hingga sedang. Pengaruh di Kaltara, intensitas curah hujan meningkat,” ungkap Rayna Farah,  Minggu (31/10).

Menurut Rayna, La Nina sebenarnya lebih berpengaruh di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Namun, Kaltara tetap akan merasakan dampaknya, mulai dari curah hujan dengan intensitas tinggi disertai dengan angin kencang.  Pada saat La Nina biasanya, suhu permukaan laut di Indonesia cenderung lebih hangat atau panas dari biasanya, dari saat suhu normal.

“Nanti di awal tahun depan, bisa di Januari hingga Februari dirasakan di Tengah dan Utara. Kaltara ini termasuk wilayah Utara. Kalau Tengah itu seperti Sumatra dan Kalimantan Barat. Kalau November ini Indonesia secara keseluruhan, prediksi di Kaltara di Desember. Tapi, bisa berubah kan ada indeksnya. Pengukuran La Nina sendiri, menghitung anomali suhu. Kita cari selisih dari normalnya, apakah lebih tinggi atau lebih rendah,” ungkapnya.

Beberapa hal yang harus diwaspadai di saat terjadinya fenomena La Nina ini, masyarakat harus lebih meningkatkan mitigasi bencana, upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana.
Dampak dari La Nina ini bisa meliputi banjir, tanah longsor dan angin kencang.

“Di Kaltara, cenderung bisa terjadi banjir, tanah longsor hingga angin kencang. Masyarakat diharapkan mempersiapkan diri untuk mitigasi bencara. Jika sudah ada bekal untuk mitigasi bencana, akan bisa meminimalisir dampak yang disebabkan bencana alam,” pungkasnya.

(da/whl)